Deja Vu bag 2 by Sally Diandra

Deja Vu bag 2 by Sally Diandra. Rukayah melesatkan mobilnya sekencang mungkin “Yipiiii !!!” mereka bertiga Jodha, Rukayah dan Moti berteriak kegirangan setelah bebas dari Jalal “Aku yakin setelah kejadian ini dia tidak lagi memandang kita sebelah mata !” Rukayah merasa optimistis “Tapi belum tentu, Ruku ,,, karena Jodha kita belum mengatakan apa interupsinya, iya kan, Jo ! Ayo katakan pada kami !” Moti menjawil bahu Jodha dari belakang, saat itu Jodha sedang mengenakan celana jeansnya di dalam mobil sambil mengangkat pantatnya ke atas lalu menghempaskan pantatnya ke kursi mobil lagi sambil menarik retsleting celana jeansnya ke atas “Jadi kalian ingin mengetahuinya ?” Jodha mulai menggoda teman temannya “Ya, iyalah ,,, kami ingin tahu, ayoolah, Jo ,,, jangan bikin kami mati penasaran” Jodha tertawa terbahak bahak mendengar ucapan Rukayah “Memangnya kalian mau mati penasaran ? Iiiihhhh takuuutt” Jodha kembali menggoda teman temannya “Oooh jadi kamu nggak mau cerita sama kami ?” Moti segera menggelitik pinggang Jodha dari arah belakang, Jodha menggelinjang kegelian “Mo ,,, Moti ,,, jangan Mo ,,, geli, geli tau ! Oke ,,, oke ,,, aku ceritakan tapi hentikan dulu serangan tanganmu itu” Moti segera menghentikan gelitikkannya setelah Jodha menyerah tidak berdaya

“Baiklah, aku akan katakan pada kalian ,,, tadi itu sebenarnya, aku tidak menang mutlak !” Rukayah kaget hingga langsung mengerem mendadak membuat tubuh Jodha dan Moti jadi condong ke depan “Ruku, kenapa jadi ngerem mendadak sih ?” sejenak mobil Rukayah berhenti di tepi jalan, Moti dan Jodha pun melontarkan pertanyaan yang sama “Oooh maaf ,,, reflek, spontan, oke lanjut Jo !” Rukayah kembali mengontak mobilnya dan kembali melajukan mobil Maserati Gran Cabrio Sport merah lombok miliknya “Apa maksud kamu tidak menang mutlak ?” Moti semakin memburu pertanyaannya ke Jodha “Sebenarnya tadi Jalal sudah berada di depanku, beberapa meter sebelum garis finish, aku tahu langkahnya lebar dan kuat, namun ketika hampir mendekati garis finish, aku bisa merasakan dia mulai memelankan ritme langkahnya, tidak seperti Deja Vubiasanya ketika baru awal kami lari, di situ aku ambil peluang untuk membalapnya” ujar Jodha sambil menerangkan dengan gerakan kedua tangannya “Dengan kata lain dia mengalah, agar kamu menang ?” Jodha langsung menjentikkan jemarinya ke arah Rukayah “Exactly ! Tepat banget ! Itulah mengapa aku tidak mau menerima hadiah mereka karena aku merasa kalau aku ini tidak menang, aku hanya mengambil peluang yang ada, iya kan ? Jadi sangatlah tidak adil bila aku mengambil hadiah itu” Moti dan Rukayah mulai mengerti apa penyebab Jodha menolak hadiah yang di tawarkan padanya “Tapi sebenarnya, seru juga lhoo kalau Jalal jadi pelayan kamu, dengan begitu dia kan bisa jadi pelayan kita bertiga” Moti dan Jodha langsung menonyol kepala Rukayah “Wuuuuuu ,,, maunya ! Tapi kalau di pikir pikir seru juga sih” ujar Jodha sambil memandang kedua sahabatnya, lalu mereka bertiga tertawa terbahak bahak sepanjang perjalanan.

Keesokan harinya, ketika matahari sudah tidak malu malu lagi menampakkan dirinya, Jodha yang sedang tertidur pulas di kamar kos kosannya yang seluas 4 x 6, tiba tiba di kejutkan oleh suara ketukan di pintu kamar “Siapa sih pagi pagi yang sudah bertamu ?” di lihatnya jam beker vintage di meja kecil dekat ranjangnya yang berwarna pink menunjukkan pukul 6 pagi “Masih jam 6 pagi, siapa sih yang iseng amat” Jodha bangun dari ranjangnya empuk dengan malas, matanya masih mengantuk, sambil mengerjap ngerjapkan matanya Jodha menguap lebar dan merenggangkan kedua tangannya ke atas lalu menuju ke pintu kamar, diputarnya kunci pintu kamar dan di bukanya pintu itu perlahan, dilihatnya di depannya kali ini berdiri seorang laki laki dengan rambut merahnya yang dikucir kebelakang membelakangi Jodha dengan setelan casual celana jeans dan kemeja kotak kotak merah biru yang lengannya di gulung hingga ke siku “Yaa, ada apa ya ?” simpul abu abu di otak Jodha yang masih belum terkoneksi dengan baik, belum bisa menyimpulkan siapa laki laki yang nekat mengetuk pintu kamarnya pagi pagi seperti ini dan ketika laki laki itu membalikkan tubuhnya sambil membuka kacamata hitamnya, Jodha baru sadar siapa laki laki itu.

“Kamu ? Ngapain kamu kesini ?” Jodha terperangah hingga tanpa sadar kalau Jalal sedang memperhatikannya dari atas ke bawah dengan senyum nakalnya, Jodha kaget karena saat ini dia hanya mengenakan baby doll terusan selutut dengan tali spageti di bahunya “Auuuwww !!!” Jodha berteriak spontan dan langsung berlari masuk ke dalam kamarnya kembali sambil menutup pintu kamarnya “Ngapain kamu kesini ? Ini masih pagi tau ! Apa nggak bisa bertamu di jam yang pas ?” suara Jodha terdengar ketus dari dalam kamar “Ini adalah jam yang pas, Jo ! Mulai hari ini aku akan melayani kamu” Jodha segera membuka jendela kamarnya namun tetap menutup tirainya yang berwarna pink polkadot seraya berkata “Aku kan sudah bilang, kalau aku tidak mau menerima hadiahnya, kamu boleh pulang sekarang ! Dan lagi ini kost kostan cewek ! Berani beraninya kamu masuk ke kost kostan kami ! Tamu itu hanya boleh menunggu di ruangan ujung sana itu yang terbuka, bukan langsung ke kamar ! Apa kamu nggak tahu peraturannya ! Pergi sana kamu !” Jalal tidak menggubris ocehan Jodha, malah dengan santai duduk di kursi yang terletak di depan kamar Jodha “Eeeh ,,, ngapain juga duduk di situ ! Pergi sana kamu !” Jodha masih terus nyerocos dari dalam kamar

“Aku kan sudah bilang, kalau mulai hari ini aku akan jadi pelayanmu, jadi pagi ini aku mau jemput kamu dan antar kamu ke kampus” Jodha sangat kesal mendengar ucapan Jalal “Heii, ingat ya, dengar baik baik ya, aku tidak pernah mau jadiin kamu pelayan, jadi aku nggak nyuruh kamu untuk antar aku, jadi lebih baik kamu pulang saja ! Lagian aku juga baru masuk jam 8 nanti, selamat pagi” Jalal nampak santai mendengar ocehan Jodha “Lagian darimana sih kamu tahu kalau kamarku disini ?” Jalal tersenyum nakal sambil bersandar di dinding sambil memperhatikan kost kostan Jodha yang berbentuk leter U yang terdiri dari 2 lantai, dengan box beton yang memanjang di sepanjang depan kamar yang berisi tanaman dan bunga dengan total kamar 28 kamar yang sudah tidak asing baginya.
“Karena aku punya banyak teman di sini, kamu bisa tanya pengawas kost kostan disini, siapa itu namanya pak Tansen kan ?” Jodha tertegun “Gila ini cowok ! Tenar amat dia, nggak di kampus nggak di kost kostan, semua orang kenal semua sama dia ? huuffttt ,,, masa bodoh, yang penting aku nggak kenal sama dia dan nggak pengin kenal !” tiba tiba ponsel andro Jodha berdering nyaring, dilihatnya Moti memanggil via ponsel, padahal sebenarnya kamar Moti itu ada di sebrang kamar Jodha agak geser ke kiri 2 kamar.

Jadi dengan begitu Moti bisa melihat apa yang terjadi di depan kamar Jodha, begitu pula Jodha “Jo, aku lihat di depan kamar kamu, ada Jalal, mau apa dia ? Apa dia buat masalah ?” suara Moti mulai terdengar di ujung sana “Dia memang lagi cari masalah, kamu ingat hadiah kompetisi kemarin ? Dia ingin memenuhi hadiah itu, padahal aku kan sudah bilang, kalau aku nggak mau, cari masalah kan ?” ujar Jodha sambil menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur “Iya, aku lihat dari sini, dia lagi duduk di depan kamarmu sambil baca buku kayaknya, nekat juga tu cowok !” ujar Moti sambil memperhatikan Jalal dari balik jendela kamarnya “Lalu dari mana dia tahu kamu kost di sini ?” Jodha mengendikkan bahunya “Mana aku tahu ? Sok tenar tu cowok, dia bilang dia punya banyak teman disini, pengawas kost kostan kita, pak Tansen ,,, katanya juga temannya” bisik Jodha perlahan, dari arah luar Jodha mendengar suara Jalal sedang ngobrol dengan seseorang “Mo, apa dia sedang ngobrol dengan seseorang ?” Moti segera mengintip lagi dari balik jendela kamarnya

“Iya, Jo ,,, Javeeda dan Ruksah lagi ngobrol sama dia di depan kamarmu, oh iyaa ,,, aku ingat, cewek yang deket sama dia kan nggak cuma dari kampus kita saja, tapi juga dari kampus lain dan kost kostan kita kan dari macam macam kampus, pantes saja dia bilang kalau dia itu punya banyak temen disini, bisa jadi juga salah satu mantan pacarnya ada yang satu kost sama kita, Jo !” suara Moti terdengar antusias “Sebodo ! Aku nggak peduli ! Udah aah ,,, aku mau mandi dulu, udah jam 7 ni !” Jodha segera bangun dari tempat tidurnya “Oke, see you, aku juga mau mandi, daah” Jodha segera menekan tombol off, suara Jalal yang sedang ngobrol masih terdengar di luar kamar Jodha, Jodha tidak ambil peduli, disambarnya handuk yang ada di ruang terbuka di belakang kamarnya yang lebarnya cuma 1 meter sebagai tempat jemur pakaian dan cuci baju dan Jodha segera masuk ke kamar mandi.

Seetelah selesai berdandan, Jodha bergegas mendekat ke arah pintu kamarnya, tidak ada suara apapun di sana, dilihatnya dari balik jendela, semuanya tampak sepi “Huuuuuffffttt ,,,,” Jodha merasa lega “Akhirnya pergi juga dia” Jodha bergegas membuka pintu kamarnya, tepat pada saat itu Moti sudah ada didepan kamar “Kayaknya dia sudah pergi, Jo” Jodha hanya mengangguk membenarkan ucapan Moti, lalu mereka berdua segera pergi dari sana setelah Jodha mengunci pintu kamarnya. Sesampainya di gerbang depan, di lihatnya pak Tansen sedang menyapu halaman sambil tersenyum senyum pada mereka berdua “Ada apa, pak ,,, kok senyum senyum ?” Jodha melihat ada yang aneh pada senyuman pak Tansen, Moti juga curiga dengan perangai pengawas kost kostan itu “Sudah siap mau berangkat ?” Jodha dan Moti menoleh ke arah sumber suara di belakang mereka, di lihatnya Jalal sedang duduk bersandar di atas kap mobil Range Rover sport putih miliknya yang terparkir di tepi jalan “Aku kira kamu sudah pergi, ternyata masih banyak yang kamu lakukan disini” Jodha segera melangkahkan kakinya keluar dari gerbang, Moti mengekornya dibelakang, sementara Jalal segera mengejarnya dan berjalan di sampingnya

“Kenapa kamu jalan kaki ? Aku sudah menyediakan roda empat itu untuk mengantar kemanapun kamu pergi” Moti nampak kesal dengan Jalal “Kamu ini nggak dengar ya, dari kemarin Jodha sudah mengatakan dengan jelas kalau dia tidak mau menerima hadiah itu, jadi tidak ada istlilah pelayan atau melayani !” Jalal tertawa kecil sambil terus menjejeri langkah Jodha “Kamu benar, tidak usah ada kata pelayan dan melayani karena jalan pagi pagi ke kampus seperti ini sungguh sangat menyehatkan” Jodha segera menghentikan langkahnya, Jalal terkejut karena Jodha tertinggal di belakang “Ada apa ?” Jalal menoleh kebelakang “Kenapa kamu selalu tidak pernah mau mendengarkan omongan orang ? Kenapa kamu selalu hanya memikirkan dirimu sendiri ? Apakah kamu tidak menyadari kalau aku merasa terganggu dengan perlakuanmu seperti ini ?” Jodha terlihat sangat kesal dan marah, kemudian kembali berjalan melanjutkan langkahnya, sesaat Jalal terdiam kemudian berlari menjejeri langkah Jodha kembali

“Aku minta maaf, aku tidak bermaksud membuat kamu merasa tidak nyaman, aku hanya ingin berteman denganmu” Jodha semakin mempercepat langkahnya menuju ke kampus, Moti mengikutinya di belakang, jarak antara kost kostan Jodha dengan kampusnya memang tidak begitu jauh, hingga tak lama kemudian mereka sudah tiba di depan pintu gerbang belakang universitas mereka, Jalal masih terus meminta maaf pada Jodha, hingga akhirnya Jalal berhenti dan berteriak lantang ke arah Jodha “Baiklah ! Aku baru menyadari kalau kamu memang begitu sombong hanya untuk mengatakan kata memaafkan !” Jodha berhenti dan berbalik ke arah Jalal dengan tatapan wajahnya yang ketus “Kata maaf harus di ucapkan dengan tulus tanpa paksaan ! Dan aku tidak suka di paksa !” Jodha segera berbalik dan meninggalkan Jalal yang masih termangu disana.

Sejak saat itu perang dingin antara Jalal dan Jodha di mulai, Jalal kembali ke rutinitasnya sehari hari di kampus yang tidak pernah sepi di kelilingi oleh gadis gadis, sementara Jodha juga mulai sibuk dengan tugas tugasnya menghafal mata kuliah yang diterimanya di semester awal, mereka berdua sibuk dengan tugas mereka masing masing, bila pun bertemu secara tidak sengaja, keduanya hanya memasang muka masam satu sama lain, seperti ada kebencian yang terpendam diantara keduanya. Jalal bahkan tidak segan segan kadang menunjukkan kemesraannya dengan gadis gadis yang dekat dengan dirinya di depan Jodha, namun Jodha tidak bergeming sedikitpun, Jodha tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh Jalal, baik itu di kampus atau bersama salah satu teman satu kostnya.
Hingga akhirnya 6 bulan pun berlalu, tibalah pada libur semester awal, Jodha sudah bersiap siap hendak pulang ke Banjarmasin kota kelahirannya, tiket pesawat sudah ada di tangan, tinggal packing beberapa baju dan barang yang akan di bawanya.

Namun ketika Jodha sedang asyik packing barang barang yang mau dibawa, tiba tiba Rukayah menyeruak masuk ke dalam kamar kostnya dengan wajahnya yang memelas “Ruku ? Ada apa ?” Jodha langsung cemas begitu melihat perubahan wajah sahabatnya itu “Kamu harus menolong aku, Jo ,,, please, kamu mau ya, Jo ?” Rukayah menggenggam tangan Jodha dengan wajahnya dibuat semelas mungkin, membuat Jodha merasa iba “Memangnya ada apa ? Aku harus menolong apa ?” sesaat Rukayah menghela nafas dalam dan terdiam sebentar, mencoba mencari kata kata yang pas yang sekiranya bisa diterima oleh akal sehat Jodha

“Jo, aku mohon dengan sangat agar kamu mau menemani aku ikut kegiatan Mapala kampus kita” Jodha terperangah, menatap Rukayah dengan tatapan tidak percaya “Maksud kamu Mapala ,,, mahasiswa pecinta alam itu ?” Rukayah menganggukkaan kepalanya “Aku sudah mendaftarkan kita berdua, aku tadinya mau sendirian ikutan tapi mamaku tidak mengijinkan, mama takut aku kenapa kenapa, lalu mama ngajuin syarat aku boleh ikut kalau kamu atau Moti juga ikut, kamu mau kan, Jo ,,, please ?” sesaat Jodha terdiam, permintaan Rukayah benar benar suatu pilihan yang sulit, di satu sisi Jodha sedang bersiap siap untuk pulang ke kampung halamannya, tapi di sisi lain Rukayah memintanya untuk menemaninya ikutan kegiatan yang diselenggarakan oleh Mapala, dimana ada Jalal disana, Jodha benar benar bingung, mana yang harus dia pilih ? Pulang ke kampung halamannya atau menemani Rukayah ikut kegiatan Mapala ? Deja Vu bag 3 by Sally Diandra